Kisah Perjalanan: Dari Kecemasan hingga Penerimaan Diri
Kisah Perjalanan. Dahulu, dalam perjalananku melewati lorong-lorong kehidupan, ada satu perasaan yang selalu menemaniku, seperti sahabat yang melekat erat: rasa cemas dan khawatir. Kenapa? Karena tinggi badanku hanya segelintir sentimeter di atas angka 140, tepatnya 145 cm.
Dari Kecemasan hingga Penerimaan Diri
Bayangkan saja, dalam kerumunan, aku sering kali merasa seperti Tom di antara banyak Jerry. Tak heran rasanya minder selalu menempel padaku, bahkan kadang begitu kuat hingga membuatku merasa seperti kura-kura dalam perlombaan melawan kelinci.
Ingatan itu seperti terpatri dalam benakku—rasa iri yang meluap-luap saat melihat perempuan-perempuan dengan postur tubuh yang lebih tinggi dan elegan.
Aku merasa seperti orang kecil yang berusaha memanjat gunung, sementara mereka sudah nyaman di puncak sambil mengibarkan bendera "Tinggi Badanku Memang Hebat!" Dalam situasi semacam itu, aku merasa terperangkap dalam bayang-bayang mereka, seperti orang yang berusaha menarik perhatian dalam pesta yang ramai.
Tapi, tahu nggak? Waktu adalah guru terbaik yang bisa membuat pikiran berubah seiring berjalannya waktu. Aku memutuskan untuk berhenti membanding-bandingkan tinggi badanku dengan orang lain. Aku menerima diriku sendiri, walau cuma setinggi "patung lilin" di tengah kerumunan.
Di awal perjuanganku, kuharapkan ada ramuan ajaib yang bisa bikin tubuhku tumbuh lebih tinggi, seperti di cerita dongeng. Aku mencoba segala cara: minum Curcuma Plus yang katanya bisa bikin tinggi badan melonjak seperti kembang api di malam tahun baru, dan susu peninggi badan yang seolah-olah bisa membuatku tumbuh sepuluh sentimeter dalam semalam.
Aku juga memutuskan untuk menjadikan olahraga sebagai temanku, karena siapa tahu dengan gerakan yang tepat, tinggiku bisa mengejar awan!
Lama kelamaan, susu peninggi dan olahraga bukan cuma menjadi bagian rutinitasku, tapi juga seperti teman lama yang setia menemani. Namun, sayangnya, rasa bosan dan kejenuhan mulai menyusup ke dalam rutinitasku. Susu yang dulunya kusuka seperti minuman manis kesukaanku, kini seperti "lagi minum air saja." Aku mulai merasa seperti kuda yang mondar-mandir di trek pacu yang sama berulang-ulang.
Namun, pada titik ini, aku mulai mengembangkan pandangan yang berbeda. Aku sadar bahwa meski tinggi badanku seperti "kurcaci," itu nggak buruk-buruk amat.
Ada sisi positifnya juga, lho. Aku merasa seperti pahlawan kucing yang dapat menghindari rasa kedinginan dengan mudah di bawah lengan yang hangat. Dan ingat saat teman cowok melihatku dengan lembut? Rasanya seperti akhirnya dia tahu betapa berharganya aku, seperti kado berjalan yang sempurna untuknya.
Nggak bisa dipungkiri, sebagai manusia, kita sering kali kebablasan membanding-bandingkan diri dengan yang lain. Bikin standar buat diri sendiri yang bikin kita stress berlebihan.
Tapi lewat perjalanan panjang ini, aku sadar bahwa hidup bukan cuma tentang "ukuran." Hidup itu tentang merangkul diri sendiri apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Makin lama, makin kelihatan bahwa setiap orang itu punya pesonanya sendiri. Seperti kalimat bijak yang bilang, ada emas dalam lumpur dan kekuatan dalam ketidaksempurnaan.
Nggak peduli kamu tinggi atau pendek, gemuk atau kurus, kita semua jadi bagian dari jigsaw puzzle kehidupan ini. Setiap orang punya peran uniknya masing-masing.
Jadi, teman-teman, mari kita berhenti mencari kesempurnaan yang sesungguhnya tak pernah ada. Yang penting, kita terima dan rayakan diri sendiri.
Ingatlah bahwa dalam setiap kekurangan ada potensi yang menunggu untuk dikembangkan. Dan percayalah, di balik segala ekspektasi dan ketidaksempurnaan, kita tetap bisa bersinar terang seperti bintang di langit malam.
Dan di ujung hari, saat aku memandang kembali perjalanan panjang ini, aku tersenyum. Air mata tak lagi mewarnai langkahku, tapi senyuman menghiasi wajahku. Aku menyadari, meskipun hidup memang tak pernah lepas dari tantangan dan perbandingan, yang sebenarnya perlu kita capai adalah penerimaan diri sendiri.
Penutup
Hidup adalah tentang merayakan setiap langkah, baik itu panjang atau pendek, karena di dalamnya terdapat cerita indah yang tak tertandingi. Dan aku berjalan maju dengan keberanian, dengan tinggi badanku yang mungkin hanya seukuran rata-rata, namun hatiku menggapai langit dengan kebahagiaan yang tak terhingga.